Sabtu, 13 April 2013

BIODEGRADASI SENYAWA ORGANIK


 Fenol merupakan senyawa organik yang bersifat toksik. Senyawa ini merupakan polutan yang bersifat persisten di dalam air. Kontaminasi fenol di lingkungan dapat berasal dari udara dan air buangan proses produksi, penggunaan, dan pembuangan produk-produk yang mengandung fenol. Limbah industri yang banyak mengandung fenol diantaranya, industri kimia, petrokimia, farmasi, tekstil, dan baja (Rocha et al. 2007). Menurut Shetty et al. (2007), konsentrasi fenol yang terdapat dalam limbah tersebut sangat bervariasi dengan kisaran 10-3000 mg/L. Senyawa ini dapat dikatakan aman bagi lingkungan jika konsentrasinya berkisar antara 0.5-1.0 mg/L sesuai dengan KEP No. 51/MENLH/ 10/1995 dan ambang batas fenol dalam air baku air minum adalah 0.002 mg/L seperti yang dinyatakan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) (Slamet et al. 2005). Oleh sebab itu, diperlukan usaha untuk mereduksi konsentrasi fenol dalam limbah tersebut perlu dilakukan sebelum dibuang ke perairan umum. Dengan demikian, diperlukan metode alternatif lain dalam menangani limbah fenol pada industri tekstil dengan biaya yang lebih murah yaitu teknik biodegradasi
Biodegradasi merupakan proses mineralisasi secara sempurna dari suatu senyawa kimia menjadi senyawa sederhana seperti CO2, H2O, NO3 dan senyawa anorganik lainnya (Nair et al. 2008). Prinsip teknik ini yaitu polutan organik digunakan sebagai sumber karbon dan energi oleh mikroorganisme sehingga proses pertumbuhan mikroorganisme yang terjadi akan menghasilkan degradasi sempurna (mineralisasi) polutan organik tersebut. Secara umum mekanisme biodegradasi fenol dapat terjadi secara aerobik maupun anaerobik (Ruiz-Ordaz et al. 2001). Keuntungan yang diperoleh melalui teknik ini adalah biaya yang murah dan tidak dihasilkannya polutan sampingan karena fenol dapat secara sempurna didegradasi menjadi H2O dan CO2 (Jiang et al. 2007b). Teknik ini sangat mudah diaplikasikan untuk mendegradasi fenol pada limbah buangan industri dikarenakan fenol merupakan senyawa aromatik yang mudah didegradasi daripada senyawa aromatik lainnya (Komarkova et al. 2003).
Candida tropicalis telah dilaporkan memiliki kemampuan untuk mendegradasi fenol, turunannya, dan senyawa hidrokarbon alifatik dengan laju biodegradasi relatif tinggi (Ruiz- Ordaz et al. 2001; Eschenfeldt et al. 2003; Komarkova et al. 2003; Varma & Gaikwad 2009). Candida tropicalis yang mempunyai kemampuan biodegradasi fenol biasanya diisolasi dari lingkungan yang terkontaminasi atau mengandung fenol dalam jangka waktu yang lama. Berbagai jenis isolat C. tropicalis yang mempunyai kemampuan mendegradasi fenol.
Piakong (2006) telah berhasil mengisolasi C. tropicalis RETL-Crl dari limbah kilang minyak Exxon Mobile dan mempelajari mekanisme degradasi fenolnya menggunakan teknik fermentasi batch dan fed-batch dalam kondisi aerobik. C. tropicalis YMEC14 juga telah digunakan oleh Ettayebi et al. (2003) sebagai galur ekstremofil untuk rancangan proses biologis secara aerobik dalam detoksifikasi limbah pabrik minyak zaitun dan mereduksi polutan organik yang dihasilkan. Hasil penelitian Rocha et al. (2007) menunjukkan bahwa C. tropicalis mampu tumbuh pada lingkungan yang mengandung fenol 500 mg/L, sedangkan pada konsentrasi 1500 dan 2000 mg/L khamir tersebut tidak dapat tumbuh (Rocha et al. 2007). Jiang et al. (2007b) melaporkan bahwa Candida tropicalis mampu mendegradasi fenol mencapai 2000 mg/L dan laju biodegradasinya akan meningkat apabila sel tersebut dimutasi dengan sinar laser He-Ne. Regulasi biodegradasi fenol pada C. tropicalis terdapat pada reaksi hidroksilasi fenol menjadi katekol dan katekol menjadi cis,cis-asam mukonat. Enzim yang bertanggung jawab dalam menghidroksilasi fenol menjadi katekol pada C. tropicalis adalah sitokrom P-450 monoksigenase (Stiborová et al. 2003) dan fenol hidroksilase (Vilímkova et al. 2008). Sistem NADPH-sitokrom P450 yang biasa dikenal sebagai function oxygenase system (MFO system) merupakan sistem enzim yang terlibat dalam fase I biotransformasi pada sel hati mamalia (Ming-Ho 2005). Enzim ini mempunyai sejumlah isoenzim yaitu bentuk lain dari enzim yang mengkatalisis reaksi yang sama tetapi mempunyai perbedaan karakteristik fisik ataupun kinetik (Hames & Hooper 2005).



Tabel 3 Sumber isolat khamir pendegradasi fenol Candida tropicalis

C. tropicalis
Lumpur aktif
Jiang et al. (2007)
C. tropicalis Ct2
Lumpur aktif pabrik pengolahan air
Komarkova et al. (2003)
C. tropicalis RETL-Cr1
Limbah pabrik kilang minyak
Piakong (2006)
C. tropicalis
Limbah pabrik kilang minyak
Rocha et al. (2007)
C. tropicalis YMEC14
Limbah pabrik minyak zaitun
Ettayebi et al. (2003)




Permasalahan:

Salah satu mikroorganisme yang mampu  mendegradasi fenol adalah Candida tropicalis
·        Candida tropicalis yang mempunyai kemampuan biodegradasi fenol biasanya diisolasi dari lingkungan yang terkontaminasi atau mengandung fenol dalam jangka waktu yang lama. Berbagai jenis isolat C. tropicalis yang mempunyai kemampuan mendegradasi fenol.
·        Candida tropicalis mampu mendegradasi fenol mencapai 2000 mg/L dan laju biodegradasinya akan meningkat apabila sel tersebut dimutasi dengan sinar laser He-Ne

Yang ingin saya tanyakan adalah
1.     Adakah cara yang dapat dilakukan agar candida tropicalis mampu mendegradasi fenol yang diisolasi dari lingkungan yang terkontaminasi atau mengandung fenol dalam jangka waktu pendek?
2.     Laju biodegradasi fenol dengan candida tropicalis akan meningkat apabila dimutasi dengan sinar laser He-Ne, mengapa demikian?

3 komentar:

  1. 1. Insyaallah menurut saya seperti ini
    Kita menggunakan suhu dan kondisi yang sesuai untuk mendapatkan kinerja candida trop. yang optimal. Kemudian kita bisa meningkatkan konsentrasi (jumlah) dari candida tropicalisnya. Kemudian (berdasarkan artikel diatas) kita bisa gunakan sinar laser He-Ne untuk memutasi candida trop. agar bermutasi dan meningkatkan laju biodegradasinya.

    BalasHapus
  2. baiklah saya akan berusaha menjawab pertanyaan anda no.1 menurut literatur yang saya peroleh bahwa kemampuan candida tropicalis dalam mendegradasi fenol yang diisolasi dari lingkungan yang terkontaminasi atau mengandung fenol memang terjadi dalam jangka waktu yang lama.
    Sebenarnya degradasi fenol secara aerob lebih cepat daripada secara anaerob. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar meningkatkan laju degradasi fenol, seperti:
    dengan penambahan glukosa atau
    asam amino ke dalam substrat dapat
    mendukung aktivitas biodegradasi fenol
    (Haris 2003).
    Pendapat tersebut didukung oleh pernyataan Linet al.(2008) yang menuliskan bahwa penambahan nutrisi lain seperti glukosa dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri dan tentunya meningkatkan kemampuan degradasi fenolnya


    Santos et al.(2009) menyatakan bahwa aktivitas enzim katekol 1,2-dioksigenase juga dipengaruhi oleh konsentrasi awal fenol.
    Aktivitas enzim ini akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi fenol, dan pada satu titik konsentrasi
    aktivitasnya akan cenderung menurun. Oleh sebab itu, dapat diduga apabila konsentrasi awal fenol yang diberikan kemudian
    ditingkatkan maka akan diperoleh sel dengan laju degradasi yang lebih tinggi.

    selain itu dapat juga dengan jika dimutasi dengan sinar laser He-Ne.

    BalasHapus
  3. Saya setuju dengan saudara Herijon. Menurut literatur yang saya baca, cara untuk meningkatkan kemampuan candida tropicalis untuk mendegradasi fenolyaitu dengan dimutasi dengan sinar laser He-Ne sehingga candida tropicalis tersebut bermutasi dan dapat memperbanyak dirinya.Candida Tropicalis dapat tumbuh pada lingkungan yang mengandung fenol 500mg/L, kita harus menggunakan suhu dan kondisi yang sesuai agar C tropicalis optimal mendegradasi fenol yang diisolasi. Selain itu penambahan glukosa atau
    asam amino ke dalam substrat dapat
    mendukung aktivitas biodegradasi fenol, sehingga biodegradasi terjadi lebih cepat.

    BalasHapus